Dukunbola.net – Musim 2024/2025 menjadi titik balik bagi Manchester United. Di bawah arahan Ruben Amorim, Setan Merah menunjukkan karakter kuat dan kedewasaan bermain yang belum terlihat dalam beberapa musim terakhir. Momentum ini ditandai dengan kemenangan telak 3-0 atas Athletic Bilbao di leg pertama semifinal Liga Europa. Bermain di markas lawan, San Mames yang terkenal angker, United justru tampil sebagai penguasa mutlak lapangan.
Baca Juga : Real Madrid Siapkan Era Baru: Misteri Kursi Pelatih, Alonso atau Klopp?
Baca Juga : Informasi Terbaru Tentang Sepakbola Dunia
Baca Juga : Siap Uji Klub Eropa! Inilah Detail Lengkap Final Liga Europa 2025
Kemenangan ini bukan hanya soal skor, tetapi mencerminkan pendekatan taktis cerdas dari Amorim, perpaduan pengalaman dan determinasi dari para pemain, serta kesadaran penuh bahwa setiap laga adalah final. Dengan hasil ini, Manchester United membuka lebar jalan menuju partai puncak yang akan digelar di tempat yang sama, 22 Mei 2025. Tapi perjalanan belum usai—mereka harus tetap tajam, disiplin, dan tak memberi celah sedikit pun pada lawan di leg kedua.
Dominasi Setan Merah di San Mames
Manchester United tampil garang di kandang Athletic Bilbao. Laga semifinal leg pertama Liga Europa itu menjadi ajang pembuktian nyata bahwa Setan Merah kini bukan hanya andalan nama besar, tapi juga soliditas permainan dan kedalaman skuad yang mampu menaklukkan atmosfer intimidatif San Mames.
Sejak peluit awal, United langsung menekan. Tak memberi ruang bagi Bilbao untuk membangun ritme, mereka mengambil alih penguasaan bola dan agresif di lini tengah. Dengan pressing yang rapi dan serangan balik cepat, United membuat tuan rumah frustrasi.
Baca Juga : David Raya: Kalah di Emirates, Arsenal Siap Tempur di Paris!
Gol pembuka dari Casemiro membuka jalan bagi United. Sang gelandang veteran Brasil memanfaatkan umpan akurat Harry Maguire, mencetak gol indah yang mengangkat moral tim. Tidak hanya itu, Casemiro juga tampil sebagai pelindung pertahanan dan jembatan lini tengah yang tenang dan dominan.
Sementara itu, Bruno Fernandes seperti biasa jadi motor kreativitas. Kapten Portugal ini mencetak dua gol sebelum turun minum, menunjukkan ketajaman dan kecerdasan dalam membaca celah di lini belakang Bilbao. Kontribusinya tidak hanya dalam angka, tapi juga semangat yang ia tularkan ke seluruh rekan setim.
Kartu Merah Bilbao yang Mengubah Segalanya
Petaka datang bagi tuan rumah di babak kedua. Dani Vivian dikartu merah setelah menjatuhkan Rasmus Hojlund dalam situasi satu lawan satu. Keputusan wasit tak terbantahkan, dan sejak saat itu Bilbao tak mampu bangkit.
United tidak langsung menambah gol, tapi mereka memainkan bola dengan penuh kontrol. Penguasaan bola mencapai 67% dan Bilbao dipaksa bermain bertahan di sisa laga. Ini menunjukkan kematangan United dalam mengelola tempo, tanpa terpancing untuk menyerang secara sembrono.
Strategi Matang Ruben Amorim Buktikan Kelas
Ruben Amorim layak mendapatkan pujian besar. Ia tidak hanya meramu taktik dengan baik, tetapi juga menyiapkan timnya secara detail. Dalam laga Premier League melawan Bournemouth, ia menguji sistem dan formasi yang mirip dengan taktik Bilbao—dan hasil eksperimen itu membuahkan hasil maksimal.
United tampil dengan kedisiplinan tinggi. Para pemain mengikuti instruksi Amorim dengan presisi, menjinakkan serangan Bilbao yang terkenal cepat lewat sisi sayap, khususnya ancaman dari Nico Williams. Hal ini menunjukkan kecermatan Amorim dalam membaca permainan lawan.
Baca Juga : Barcelona vs Inter: El Clasico Baru, Tiket Final Liga Champions Milik Siapa?
Manchester United pernah hampir tersingkir karena kelengahan saat unggul jumlah pemain melawan Lyon. Pengalaman itu menjadi pengingat penting bagi Amorim dan skuadnya. Kali ini, meski unggul pemain, mereka bermain cerdas dan tidak gegabah.
United mengunci permainan dengan umpan-umpan pendek dan transisi yang disiplin. Bilbao tak diberi celah untuk bangkit, dan fans tuan rumah pun hanya bisa terdiam melihat dominasi tamunya.
Kebangkitan Harry Maguire: Dari Diragukan Jadi Kunci
Nama Harry Maguire kembali jadi sorotan. Dulu sempat jadi bahan kritik, kini ia menjelma sebagai bek tangguh yang menentukan. Assist-nya untuk gol Casemiro, intersep krusial di menit-menit penting, dan kepemimpinannya jadi aset berharga.
Kontraknya yang diperpanjang hingga 2026 kini terasa sangat masuk akal. Di tangan Amorim, Maguire tidak hanya bangkit, tetapi menjadi pemain yang diandalkan dalam laga besar.
Baca Juga : Munich Memanas! Final Liga Champions 2025, Siapa Raja Baru Eropa?
Kemenangan 3-0 tentu menguntungkan, tapi leg kedua di Old Trafford tetap krusial. Amorim dengan tegas mengingatkan anak asuhnya agar tidak terlena. Ia tahu, satu kesalahan bisa jadi bencana. Dukungan publik Old Trafford diharapkan menjadi suntikan semangat tambahan. Namun disiplin dan fokus tetap menjadi kunci agar tidak mengulangi kisah lama.
Kesimpulan: Semakin Dekat, Tapi Belum Usai
Manchester United kini di ambang final Liga Europa. Dengan keunggulan agregat 3-0, mereka punya modal kuat. Tapi perjalanan belum usai—semua harus diselesaikan di leg kedua. Jika United terus bermain seperti ini, bukan hanya final yang menanti—tapi juga potensi gelar juara dan kebangkitan penuh di bawah era baru Ruben Amorim.